![]() |
Kajian Kolaborasi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) membahas tentang Al-Qur’an Sebagai Penyelamat Generasi Anti LGBT |
Pimpinan (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Buya Hamka dan Tapak Suci Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan studi kolaboratif. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan di kalangan moderator, menyebarkan kecintaan terhadap Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, dan memberikan pengetahuan tentang bahaya LGBT yang semakin marak saat ini.
Berlangsung selama empat jam dan dibuka untuk umum secara offline di Masjid Islamic Central UAD, dihadiri oleh Ustaz Sholahudin Zuhri, S.Pd., P.Mdy. dan Ustaz Nanang Wahyudi, S.Pd., M.Pd. sebagai pembicara dalam studi kolaboratif ini. Acara tersebut dihadiri oleh 30 peserta termasuk petugas KP dan IMM Buya Hamka serta KP IMM lainnya, serta petugas UAD Tapak Suci. Dalam paparannya, Ustaz Sholahudin berbicara tentang hukum LGBT dalam Islam dan pentingnya Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, sehingga meningkatkan keimanan untuk menghindari larangan Islam. Seperti yang kita ketahui bersama, LGBT, atau kependekan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender, tidak hanya ada pada zaman Nabi Luth. Maraknya LGBT saat ini tentunya mengkhawatirkan masyarakat karena merupakan penyakit jiwa, jiwa bahkan gangguan psikologis. “Haram adalah hukum LGBT dalam Islam. Tindakan kekerasan dan tidak perlu harus ditinggalkan karena dibenci oleh Allah SWT. Kurangnya iman, ilmu, dan takwa merupakan peluang seseorang terkena penyakit LGBT, karena pada dasarnya orang yang kuat imannya tidak rentan dan terhindar dari hal-hal keji.” Lantas bagaimana kita mencegah hal-hal keji tersebut? “Salat adalah kewajiban seorang muslim untuk mencegah hal-hal keji dan mungkar. Selain itu, memupuk keimanan dengan mengikuti kajian-kajian Islam dan selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an merupakan penjagaan diri terbaik. Jika dalam diri sendiri belum bisa mencegah kemungkaran, dapat dipastikan masih ada kesalahan dalam ibadah tersebut baik dari niat ataupun hal lainnya. Sebab tidak mengherankan lagi generasi sekarang melaksanakan salat untuk sekadar menggugurkan kewajiban,” Ustaz Nanang menimpali. Di akhir acara, Ustaz Sholahudin menyampaikan kepada para peserta kajian. “Jangan pernah membenci dan memusuhi orang LGBT, tetapi benci dan musuhilah perbuatannya. Jika kita bersikap menjauh dari orang tersebut, secara tidak langsung kita menghakimi. Berikan bimbingan, arahan semampu kita karena orang-orang tersebut butuh bimbingan agar kembali ke aturan Islam. Sebagaimana kita terapkan sifat dakwah yakni merangkul bukan memukul,” tutupnya. |